Difference in Growth and Production of Areca Fruit Areca caatechu L. Tidal Area of Freshwater and Tidal Areas, the purpose of this study was to determine the differences in growth and production of tidal arecaea and freshwater tidal areas. This research was carried out in two different areas, namely freshwater tidal land in Sialang Village, Tungkal Ilir District, Tanjung Jabung Barat Regency and freshwater tidal land in Sungai Beras Village, Mendahara Ulu District, Tanjung Jabung Timur Regency from January to February 2019 using the method survey of several sample farmers. Data analysis was performed by static analysis with descriptive methods in the form of tabulations and inference methods using the -z test on each parameter starting from planting distance, stem height, stem circumference, age of production start, productivity of freshwater tidal areca fruit, fruit productivity areca palm tides, water pH, salt content, and pH of water. The z-test results in this study indicate that the influence of tide and freshwater has significant differences in the growth and productivity of areca nut. On freshwater tidal land the most productive land and produce physical data of plants are plant distance m, stem height m, stem circumference m, age of production start 4 years , productivity tons / ha, soil pH salinity ppt, and pH of water productivity, growth, tidal land, freshwater tidal land AbstrakPerbedaan Pertumbuhan Dan Produksi Buah Pinang Areca caatechu L. Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi buah pinang lahan pasang surut air laut dan daerah pasang surut air tawar. Penelitian ini di laksanakan didua daerah berbeda yaitu lahan pasang surut air tawar berada di Desa Sialang Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan lahan pasang surut air tawar di Desa Sungai Beras Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dari bulan Januari sampai Februari tahun 2019 menggunakan metode survey dari beberapa petani sampel. Analisis data dilakukan dengan analisis statiska dengan metode deskriptif dalam bentuk tabulasi dan metode inferensi menggunakan uji – z pada tiap-tiap parameter mulai dari jarak tanam, tinggi batang, lingkar batang, umur mulai produksi, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air tawar, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut, pH tanah, kadar garam, dan pH air. Hasil uji – z dalam penelitian ini menunjukan bahwa pengaruh air pasang surut air laut dan air tawar terdapat perbedaan nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas pinang. Pada lahan pasang surut air tawar menjadi lahan produktivitas terbanyak dan menghasilkan data fisik tanaman yaitu jarak tanaman 2,95 m, tinggi batang 10,52 m, lingkar batang 48,66 m, umur mulai produksi 4 tahun, produktivitas 15,87 ton/Ha, pH tanah 4,9, kadar garam 0,1 ppt, dan pH air 4,0.Kata kunci produktivitas, pertumbuhan, lahan pasang surut air laut, lahan pasang surut air tawar Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Media Pertanian, 42 Oktober 2019, Media Komunikasi Hasil Penelitian dan Review Literatur Bidang Ilmu Agronomi ISSN 2503-1279 Print ISSN 2581-1606 Online DOI Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 45 Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar 1Jessica, 2*Yulistiati Nengsih dan 2Rudi Hartawan 1Alumni Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari 2Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jl. Slamet Riyadi, Broni Jambi, 36122. Telp. +62741 60103 2*e-mail korespondensi nyulistiati Abstract. The research of difference in growth and production of Areca fruit Areca caatechu L. tidal area of fFreshwater and tidal areas was to determine the differences in growth and production of tidal arecaea and freshwater tidal areas. This research was carried out in two different areas, namely freshwater tidal land in Sialang Village, Tungkal Ilir District, Tanjung Jabung Barat Regency and freshwater tidal land in Sungai Beras Village, Mendahara Ulu District, Tanjung Jabung Timur Regency from January to February 2019 using the method survey of several sample farmers. Data analysis was performed by static analysis with descriptive methods in the form of tabulations and inference methods using the -z test on each parameter starting from planting distance, stem height, stem circumference, age of production start, productivity of freshwater tidal areca fruit, fruit productivity areca palm tides, water pH, salt content, and pH of water. The z-test results in this study indicate that the influence of tide and freshwater has significant differences in the growth and productivity of areca nut. On freshwater tidal land the most productive land and produce physical data of plants are plant distance m, stem height m, stem circumference m, age of production start 4 years , productivity tons / ha, soil pH salinity ppt, and pH of water Keywords productivity, growth, tidal land, freshwater tidal land Abstrak. Penelitian perbedaan pertumbuhan dan produksi buah Pinang Areca caatechu L. daerah pasang surut air laut dan daerah pasang surut air tawar, bertujuan untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan produksi buah pinang lahan pasang surut air laut dan daerah pasang surut air tawar. Penelitian ini di laksanakan didua daerah berbeda yaitu lahan pasang surut air tawar berada di Desa Sialang Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan lahan pasang surut air tawar di Desa Sungai Beras Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur dari bulan Januari sampai Februari tahun 2019 menggunakan metode survey dari beberapa petani sampel. Analisis data dilakukan dengan analisis statiska dengan metode deskriptif dalam bentuk tabulasi dan metode inferensi menggunakan uji – z pada tiap-tiap parameter mulai dari jarak tanam, tinggi batang, lingkar batang, umur mulai produksi, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air tawar, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut, pH tanah, kadar garam, dan pH air. Hasil uji – z menunjukan bahwa pengaruh air pasang surut air laut dan air tawar terdapat perbedaan nyata terhadap pertumbuhan dan produktivitas pinang. Pada lahan pasang surut air tawar menjadi lahan produktivitas terbanyak dan menghasilkan data fisik tanaman yaitu jarak tanaman 2,95 m, tinggi batang 10,52 m, lingkar batang 48,66 m, umur mulai produksi 4 tahun, produktivitas 15,87 ton/Ha, pH tanah 4,9, kadar garam 0,1 ppt, dan pH air 4,0. Kata kunci produktivitas, pertumbuhan, lahan pasang surut air laut, lahan pasang surut air tawar PENDAHULUAN Tanaman pinang Areca catechu L. sudah dimanfaatkan sejak lama terutama daerah-daerah Asia Selatan dan Timur sampai daerah Kepulauan Pasifik. Pinang merupakan komoditi yang termasuk subsektor perkebunan yang berpotensi untuk diekspor. Tanaman pinang dapat diandalkan dan dibanggakan karena memiliki beberapa keunggulan diantaranya mudah memperoleh bibit, jarang diganggu hama penyakit, mampu memproduksi buah walaupun hanya ditanam diperkarangan, berbuah tanpa kenal musim, jarak Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 46 tanam relatif dekat, dan biaya investasi tidak mutlak besar. Pinang juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industri farmasi. Pinang tersebar di semua wilayah Indonesia, namun penyebaran terbesar dan sekaligus sebagai daerah pengekspor biji pinang terdapat di Pulau Sumatra antara lain di Jambi. Sementara daerah lain masih terbatas untuk konsumsi lokal. Tanaman pinang merupakan komoditas unggulan perkebunan Provinsi Jambi di samping komoditas tanaman perkebunan lain, seperti tanaman kelapa sawit, karet, kelapa, dan kakao Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2014. Provinsi Jambi merupakan salah satu penghasil pinang di Indonesia, di mana terdapat 10 Kabupaten/Kota yang melakukan usaha tani pinang. Kabupaten Tanjung Jabung Barat memiliki produksi pinang tertinggi yaitu ton dengan luas tanam Ha, dan produktivitas 1,13 ton/Ha. Kabupaten Tanjung Jabung Timur penghasil pinang terbesar kedua di Provinsi Jambi dengan produksi pinang ton dengan luas tanam Ha, dan produktivitas 0,64 ton per Ha Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2015. Provinsi Jambi sebagai sentra penyebaran pinang terbesar di Indonesia, hasil eksplorasi dan identifikasi menghasilkan 5 aksesi pinang yang potensial, yaitu Betara-1,Betara 2, Muara Sabak Timur-1, Muara Sabak Timur-2, dan Muara Sabak Timur-3 Miftahorachman, 2016. Saat ini lahan-lahan subur untuk perkebunan semakin terbatas ketersediaannya akibat berbagai kegiatan pembangunan industri, pariwisata, perumahan, jalan, dan pemukiman, akibatnya lahan pengembangan perkebunan bergeser kelahan-lahan marginal seperti lahan pasang surut Najiyatiet al., 2005. Hasil penelitian Ismail et al 1993, lahan pasang surut Indonesia cukup potensial untuk usaha pertanian baik untuk tanaman pangan, perkebunan, hortikultura maupun usaha peternakan. Selanjutnya dijelaskan oleh Alihamsyah 2002 kedepan lahan rawa ini menjadi sangat strategis dan penting bagi pengembangan pertanian sekaligus mendukung ketahanan pangan dan usaha agribisnis. Berdasarkan hasil pemetaan Pusat Data Rawa Indonesia 2018, lahan rawa di Indonesia tersebar di beberapa pulau, yaitu Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Luas lahan rawa Indonesia diperkirakan mencapai hektar yang terdiri dari hektar 60,2% lahan pasang surut dan hektar 39,8% lahan rawa non-pasang surut lebak. Dari luasan tersebut, total lahan rawa yang dikembangkan pemerintah adalah juta ha dan oleh masyarakat sekitar juta ha. Kawasan itu tersebar di pantai timur dan utara pulau Sumatera, pantai barat, selatan, dan timur pulau Kalimantan, pantai barat dan timur pulau Sulawesi, serta pantai selatan pulau Papua. Dari jumlah itu sebanyak 9,53 juta ha ternyata sesuai untuk kegiatan budidaya pertanian. Saat ini luas lahan rawa yang dimanfaatkan untuk budidaya pertanian baru mencapai sekitar 2,270 juta ha, artinya lahan rawa yang dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian hanya 23,8 persen dari luas total lahan rawa yang sesuai untuk kegiatan pertanian. Berdasarkan pemetaan Badan Litbang Pertanian tahun 2009, lahan rawa pasang surut memiliki luas paling besar, yakni mencapai 20,1 juta ha. Lahan tersebut terdiri atas tipologi lahan potensial seluas 2,1 juta ha, sulfat masam 6,7 juta ha, gambut 10,9 juta ha, dan salin 0,4 juta ha. Sementara itu, luas lahan rawa lebak di Indonesia sekitar 13,3 juta ha, 4,2 juta ha berupa lebak dangkal, 6,1 juta ha lebak tengahan, dan 3,0 juta ha lebak dalam. Menurut Noor 2004, rawa adalah kawasan sepanjang pantai, aliran sungai, danau, atau lebak yang menjorok masuk intake ke pedalaman sampai sekitar 100 km atau sejauh dirasakannya pengaruh gerakan pasang. Jadi, lahan rawa dapat dikatakan sebagai lahan yang mendapat pengaruh pasang surut air laut atau sungai di sekitarnya. Di Indonesia telah disepakai istilah rawa dalam dua pengertian, yakni rawa pasang surut dan rawa lebak. Rawa pasang surut diartikan sebagai daerah rawa yang mendapatkan pengaruh langsung atau tidak langsung oleh ayunan pasang surut air laut atau sungai di sekitarnya. Sedangkan rawa lebak adalah daerah rawa yang mengalami genangan selama lebih dari tiga bulan dengan tinggi genangan terendah 25 – 50 cm. Provinsi Jambi diperkirakan memiliki lahan rawa seluas ha, berpotensi untuk pengembangan pertanian ha terdiri dari lahan pasang surut ha dan lahan non pasang surut lebak ha Bappeda Jambi, 2016. Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 47 Lahan pasang surut air laut adalah lahan yang jumlah airnya dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut asin. Air laut mengandung residu garam yang tinggi. Garam mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui keracunan yang diakibatkan penyerapan unsur penyusun garam secara berlebihan seperti sodium, penurunan penyerapan air cekaman air dan penurunan dalam penyerapan unsur-unsur penting bagi tanaman khususnya potassium Food and Agriculture Organization. 2008. Wilayah pasang surut air tawar adalah wilayah rawa yang mengalir kearah hulu sungai. Wilayahnya masih termasuk daerah aliran sungai bagian bawah, namun posisinya lebih ke dalam ke arah daratan, atau ke arah hulu sungai. Di wilayah ini energi sungai, berupa gerakan aliran sungai ke arah laut, bertemu dengan energi pasang surut yang umumnya terjadi dua kali dalam sehari semi diurnal. Karena wilayahnya sudah berada di luar pengaruh air asin/salin, yang dominan adalah pengaruh air tawar fresh water dari sungai sendiri Suriadikarta dan Setyorini, 2006. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2019 pada lahan pasang surut air tawar di Desa Sungai Beras, Kecamatan Mendahara Ulu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan lahan pasang surut air laut di Desa Sialang, Kecamatan Tungkal Ilir, Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pertanaman pinang yang berumur 10-15 tahun. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi GPS, meteran, timbangan, lembar kuisioner, alat perekam, pH meter, refraktometer dan kamera. Penelitian ini menggunakan metode survey pada lahan petani yang ditanami pinang. Lokasi penelitian ini dipilih secara sengaja dimana lokasi-lokasi tersebut terdapat budidaya tanaman pinanglahan pasang surut air tawar dan pasang surut air laut. Gambar 1. Lokasi dan Petani Sample Metode pengambilan sample menggunakan metode Systemic Sampling dan digambarkan sebagai berikut Gambar 2. Bentuk Titik – Titik Pohon Sampel Secara Sederhana Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 48 Pada gambar diatas menunjukkan titik hitam yang mana sebagai contoh pohon sampel yang mempunyai populasi 100 pohon dan dilanjutkan dengan perhitungan nilai K . K = jika jumlah tanaman 100 maka sampel yang diambil adalah 15 tanaman. K = 100 15 = 6 dan dibulatkan menjadi 7. Selanjutnya menyiapkan lotre sebanyak 9 buah kartu lotre yang mana kartu tersebut telah diberi angka 1 sampai 9 dan diacak kartu yang telah diberi nomor. Bila angka pertama yang keluar adalah 6 makan mulailah pengambilan sampel pohon dari nomor 6 kemudian lakukan ulangan menghitung sebanyak 7 kali sesuai nilai K diatas. Contoh angka sampel 6, 13, 20, 27 dan seterusnya sampai 15 tanaman. Peubah yang diamati adalah 1 Jarak tanam m. Model posisi tanaman dan jarak tanam diatur saat penelitian dengan mengukur jarak pinang dengan cara mengukur antar pokok tanaman menggunakan meteran. 2 Tinggi batang m. Pengukuran tinggi batang dilakukan dengan menggunakan meteran. Dengan cara mengukur tinggi batang dari pangkal batang sampai ketajuk menggunakan galah / bambu. 3 Lingkar batang cm.Pengukuran lingkar batang dilakukan menggunakan meteran, dengan cara mengambil rata-rata lingkar batang yang diukur setengah meter dari pangkal. 4 Umur mulai produksi tahun.Untuk mengetahui umur tanaman mulai berbuah maka dilakukan wawancara kepada petani pinang. 5 Produktivitas buah pinang lahan pasang surut air tawar kg/Ha.Pengamatan produksi buah yang dihasilkan dilakukan dengan cara menimbang hasil buah pinang per pohon pada lahan pasang surut air tawar. 6 Produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut kg Ha-1. 7Pengamatan produksi buah yang dihasilkan dilakukan dengan cara menimbang hasil buah pinang per pohon pada lahan pasang surut air laut. 8 pH tanah. Untuk mengukur kemasaman tanah, dilakukan pengukuran pH tanah dengan menggunakan alat ukur pH meter yang diletakkan diatas tanah. 9 Kadar garam. Untuk mengetahui salinitas tingkat kadar garam atau keasinan terlarut dalam air dengan menggunakan refraktometer. 10 pH air. Untuk mengukur pH air, dilakukan pengukuran pH air dengan menggunakan alat ukur pH meter. Guna menjawab hipotesis yang diajukan, data-data yang diperoleh dilapangan dilakukan analisis statistika dengan metode deskriptif dan bentuk tabulasi. Keterangan z = Nilai uji statistik, x1 – x2 = Selisihdua rata – rata hitungsampel 1 dansampel 2, m1-m2 = Selisih dua rata-rata hitungpopulasi 1 danpopulasi 2, S x1-x2 = Standardeviasiselisihduapopulasi HASIL DAN PEMBAHASAN Survey dlakukan terhadap 10 petani di Desa Sialang Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan 10 petani di Desa Sungai Beras Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Adapun titik koordinat lokasi masing-masing petani sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Lokasi-Lokasi Sampel Petani Desa Sialang Kecamatan Tungkal Ilir Kabupaten Tanjung Jabung Barat Lahan Pasang Surut Air Laut Sampel 1 Lahan Pasang Surut Air Laut Sampel 2 Desa Sungai Beras Kecamatan Mendahara Ulu Kabupaten Tanjung Jabung Timur Lahan Pasang Surut Air Tawar Sampel 1 Lahan Pasang Surut Air Tawar Sampel 2 Keterangan S = South E = East Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 49 Dari Tabel 1, dapat dilihat terdapat perbedaan titik koordinat disetiap lokasi sampel lahan. Perbedaan satu menit titik koordinat sama dengan jaraknya 30 meter. Pengamatan dilakukan pada tanaman yang ada pada daerah yang diterakan dengan koordinat. Data hasil pengamatan disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan hasil pengamatan, dapat diketahui jarak tanam, tinggi tanaman, lingkar batang, umur mulai produksi, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air tawar dan produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut. Tabel 2. Perbandingan nilai peubah pada ekologi lahan pasang surut air tawar dengan pasang surut air laut Umur mulai berbuah tahun Estimasi produktivitas t ha-1 th-1 1PSAT = Pasang surut air tawar 2PSAL = Pasang surut air laut ** = Berbeda sangat nyata P<0,05 Lahan pasang surut air laut memiliki salinitas yang tinggi yang ditunjukkan pada Tabel 2 bahwa salinitas 2,1 ppt. Salinitas yang tinggi mengakibatkan menurunnya potensial air tanah dan berdampak terhadap menurunnya kemampuan menyerap air dan unsur hara bagi tanaman pinang. Kondisi ini akan mempengaruhi laju fotosintesis per satuan luas daun. Mekanisme utama penekanan laju fotosintesis terjadi karena menutupnya stomata sebagai akibat dari kemampuan tanaman dalam menyerap air berkurang. Seperti yang dinyatakan oleh Sari et al. 2006 bahwa menutupnya stomata pada daun akan memotong suplai CO2 ke sel-sel mesofil, sehingga fotosintesis terhambat dan fotosintat yang terbentuk dengan pendapat Basri 1991 bahwa peningkatan konsentrasi garam terlarut di dalam tanah akan meningkatkan tekanan osmotik sehingga menghambat penyerapan air dan unsur-unsur hara yang berlangsung melalui proses osmosis. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dalam tanaman. Produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut lebih rendah dibandingkan dengan lahan pasang surut air tawar. Hasil uji – z menunjukan terdapat perbedaan yang nyata antara produktivitas lahan pasang surut air tawar dan lahan pasang surut air laut, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut 8,46 ton ha-1 tahun-1 sedangkan buah pinang lahan pasang surut air tawar 15,87 ton ha-1 tahun-1. Hasil ini menunjukkan bahwa produktivitas buah pinang lahan pasang surut air tawar lebih besar 7,41 ton ha-1 tahun-1 dari pada produktivitas buah pinang lahan pasang surut air laut. Hal ini diduga karena kandungan Na+ yang tinggi pada lahan pasang surut air laut. Sejalan dengan pendapat Basri 1991 yang menyatakan bahwa garam-garam atau Na+ yang dapat dipertukarkan akan mempengaruhi sifat-sifat tanah jika terdapat dalam keadaan yang berlebihan dalam tanah. Kelebihan unsur Na+dan Cl-dapat menekan pertumbuhan dan mengurangi produksi. Pada lahan pasang surut air tawar pertumbuhan tanaman pinang lebih baik karena penyerapan air dan unsur hara lebih baik, hasil uji – z menunjukan terdapat perbedaan yang nyata jarak tanaman lahan pasang surut air tawar dan lahan pasang surut air laut sehingga tanaman pinang pada lahan air tawar jarak tanam lebih luas dibandingkan pinang lahan pasang surut air laut, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1, bahwa jarak tanam pinang lahan pasang surut air tawar adalahh 2,95 sedangkan jarak tanam pinang lahan pasang surut air laut 2,31, ini menunjukkan jarak tanam pinang lahan pasang surut air tawar lebih lebar sebesar 0,64 m dibandingkan pinang lahan pasang surut air laut. Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 50 Dilihat dari pertumbuhan tinggi dan lingkar batang tanaman pinang lahan pasang surut air tawar lebih besar dibandingkan dengan pinang lahan pasang surut air laut. Hasil uji – z menunjukan terdapat perbedaan yang nyata antara tinggi dan lingkar batang tanaman lahan pasang surut air tawar dan lahan pasang surut air laut. Pada Tabel 1 rata-rata tinggi tanaman pinang lahan pasang surut air tawar 10,52 m sedangkan tinggi tanaman pinang lahan pasang surut air laut 9,01 m. Pada Tabel 1 rata-rata lingkar batang pinang lahan pasang surut air tawar 48,66 cm sedangkan rata-rata lingkar batang lahan pasang sut air laut 42,96 cm, hal ini menunjukan bahwa rata-rata lingkar batang pinang lahan pasang surut air tawar lebih besar 5,7 cm dibandingkan dengan rata-rata pinang lahan pasang surut air laut. Hal ini diduga karena adanya pengaruh air garam salinitas yang dapat menekan pertumbuhan tinggi tanaman. Sesuai dengan pendapat Basri 1991 kadar Na+ membuat tanaman pinang lahan pasang surut air laut mengalami pembengkakan dan penutupan pori-pori yang diakibatkan oleh Na+ yang memperburuk pertukaran gas, serta dispersi material koloid tanah yang membuat tanaman terganggu pertumbuhannya. Nilai pH tanah dan pH air pada lahan pasang surut air laut cenderung lebih rendah dari pada pH tanah dan pH air lahan pasang surut air tawar. Sejalan dengan pendapat Aliamsyah 2004 bahwa masalah utama yang dihadapi dalam pengembangan lahan pasang surut adalah kemasaman tanah tinggi. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian kapur atau arang sekam. Dari hasil wawancara di lapangan terdapat perbedaan umur mulai produksi antar tanaman pinang lahan pasang surut air tawar dan lahan pasang surut air laut. Pinang lahan pasang surut air tawar mulai berproduksi pada umur 4 tahun, sedangkan pinang lahan pasang surut air laut mulai berproduksi pada umur 5 tahun, hal ini menunjukkan tanaman pinang lahan pasang surut air laut lebih lambat dalam berproduksi . Hasil wawancara dilapangan diperoleh bahwa masyarakat petani yang melakukan pertanaman pinang di lahan pasang surut air tawar dan lahan pasang surut air laut menggunakan bibit sapuan, sama-sama melakukan pertanaman secara acak. Untuk tindakan agronomi yang dilakukan petani ini sama sekali tidak melakukan pemupukan, dan hanya melakukan penyiangan gulma secara manual. KESIMPULAN DAN SARAN Pertumbuhan tanaman pinang di lahan pasang surut air tawar lebih baik dibandingkan pertumbuhan di lahan pasang surut air laut. Selisih produktivitas pinang di lahan pasang surut air tawar sebesar 7,41 ton ha-1 tahun-1 dibandingkan produktivitas di lahan pasang surut air laut. DAFTAR PUSTAKA Pusat Data Rawa. 2019. Pusat Data dan Informasi Rawa dan Pesisir. diakses 1 Maret 2019 Alihamsyah, T. 2002. Potensi dan Pendayagunaan Lahan Rawa untuk Peningkatan Produksi Padi. Ekonomi Padi dan beras Indonesia. Dalam Faisal Kasrino, Effendi Pasandaran dan Fagi Penyunting. Badan Litbang Pertanian, Jakarta. Badan Perencanaan Daerah Bappeda Provinsi Jambi, 2016. Melihat Potensi Lahan Rawa Di Provinsi Jambi. online Jambi. Litbang . pertanian . go .id / eng / /berita/4-info-aktual/164-melihat-potensi-lahan-rawa-di-provinsi-jambi Basri, H., 1991. Pengaruh Stres Garam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Empat Varietas Kedelai. Thesis Program Pascasarjana IPB, Bogor Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2015. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi. Jambi. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jambi, 2014. Profil Usaha Tani di Provinsi Jambi Ismail, , T. Alihamsyah, Widjaja-Adhi, Suwarno, T. Herawati, R. Tahir dan Sianturi. 2003. Sewindu Penelitian Pertanian Lahan Rawa; Konstribusi dan Prospek Pengembangan. Pusat penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Miftahorachman, 2016. Balai Penelitian Kelapa dan Palma Lain Balitka. Balit Palma Manado. Manado. Sari, S. Darmanti, dan Hastuti. 2006. Pertumbuhan tanaman jahe emprit Zingiber officinale Var. Rubrum pada media tanam pasir dengan salinitas yang berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 142 Jessica, Yulistiati Nengsih dan Rudi Hartawan. Pertumbuhan Dan Produksi Pinang Areca Caatechu L. Pada Daerah Pasang Surut Air Laut Dan Daerah Pasang Surut Air Tawar Diterbitkan oleh Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Batanghari Jambi Halaman 51 Suriadikarta, dan D. Setyorini. 2006. Teknologi pengelolaan lahan sulfat masam. hlm. 117-150. Dalam Suriadikarta, U. Kurnia, Mamat W. Hartatik, dan D. Setyorini Ed.. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor. Sihombing, T. 2000. Pinang, Budidaya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta Widjaja-Adhi, dan T. Alihamsyah. 1998. Pengembangan lahan pasang surut potensi, prospek, dan kendala serta teknologi pengelolaannya untuk pertanian. Prosiding Seminar Nasional dan Pertemuan Tahunan HITI, 16-17 Desember 1998 ResearchGate has not been able to resolve any citations for this has not been able to resolve any references for this publication.JadualAir Pasang Surut Penang. Jadual Pasang Surut Port Klang Jadual Air Pasang Surut. Air besar dan air penuh lebih kurang pukul 800 malam. Jadual air pasang surut di malaysia 2021 semakan online. Today Tuesday 2 nd of August of 2022 the sun rose in Lumut at 71445 am and sunset will be at 73246 pm. Looking for something to do in Springfield.
This study aims to analyze of tidal in the Eastern Bintan Island waters, including the harmonic constant value, water level elevation and type of tidal. This study used tidal observation data obtained from the Badan Informasi Geospasial BIG during 2015-2019. The tidal harmonic constant value is calculated using the Admiralty method, which is one of the harmonic methods that calculates the mean sea level and the sinuoidal function. Admiralty calculations used schemes and tables which are operationalized by Excel software. The water level field observation was carried out in August 2020 with the Tide master instrument. The analysis results obtained 9 harmonic constants which are then used to determine the Formzahl number and water level elevation. Furthermore, the calculation results of harmonic constants and water level elevations are used in tidal forecasting for the next 8 months using Worldtides software. The results showed that the Eastern Bintan Island waters had a tye of Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal. Meanwhile, the water level elevation has a Mean High Water Spring MHWS of cm SE± Mean High Water Level MHWL of cm SE ± Mean Sea Level MSL value was cm SE± Mean Low Water Level MLWL was cm SE± and Mean Low Water Spring MLWS was 133 cm SE± Tide prediction accuracy test results obtained RMSE value generated at These results indicate a small error rate, it can be used as a reference for development planning in the Eastern Bintan Island waters. Keywords Admiralty, Eastren Bintan Island, Tidal, Water level elevation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik pasang surut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur mencakup nilai konstanta harmonik, elevasi muka air dan tipe pasang surut. Penelitian menggunakan data observasi pasang surut yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial BIG selama tahun 2015-2019. Nilai konstanta harmonik pasang surut dihitung menggunakan metode Admiralty, yakni merupakan salah satu dari metode harmonic yang perhitungannya melibatkan kedudukan permukaan air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Perhitungan Admiralty menggunakan bantuan skema dan Tabel yang dioperasionalkan dengan perangkat lunak Excel. Pengamatan lapang tinggi air dilakukan pada Bulan Agustus 2020 dengan instumen Tide master. Hasil analisis diperoleh 9 konstanta harmonik yang selanjutnya digunakan untuk menentukan bilangan Formzahl dan elevasi muka air. Selanjutnya hasil perhitungan konstanta harmonik dan elevasi muka air digunakan dalam peramalan pasang surut untuk 8 bulan kedepan menggunakan perangkat lunak Worldtides. Hasil penelitian menunjukan wilayah peraian Pulau Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda. Sedangkan elevasi tinggi muka air memiliki rerata tinggi muka air pada saat pasang purnama MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil ini menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dapat digunaan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kata kunci Admiralty, Elevasi muka air, Pasang surut, Pulau Bintan Bagian Timur Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Jurnal Kelautan Volume 14, No. 1, 2021 ISSN 1907-9931 print, 2476-9991 online 58 KARAKTERISTIK PASANG SURUT DI PERAIRAN PULAU BINTAN BAGIAN TIMUR MENGGUNAKAN METODE ADMIRALTY CHARACTERISTIC OF TIDAL IN THE EASTERN BINTAN ISLAND WATERS USING ADMIRALTY METHODS Khairunnisa1, Dony Apdillah1,3,4 *, Risandi Dwirama Putra2 1Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 2Jurusan Teknik Perkapalan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 3Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang 4Pusat Penelitian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Universitas Maritim Raja Ali Haji, Tanjungpinang *Corresponding author e-mail donyapdillah Submitted 13 February 2020 / Revised 22 April 2021 / Accepted 28 April 2021 ABSTRACT This study aims to analyze of tidal in the Eastern Bintan Island waters, including the harmonic constant value, water level elevation and type of tidal. This study used tidal observation data obtained from the Badan Informasi Geospasial BIG during 2015-2019. The tidal harmonic constant value is calculated using the Admiralty method, which is one of the harmonic methods that calculates the mean sea level and the sinuoidal function. Admiralty calculations used schemes and tables which are operationalized by Excel software. The water level field observation was carried out in August 2020 with the Tide master instrument. The analysis results obtained 9 harmonic constants which are then used to determine the Formzahl number and water level elevation. Furthermore, the calculation results of harmonic constants and water level elevations are used in tidal forecasting for the next 8 months using Worldtides software. The results showed that the Eastern Bintan Island waters had a tye of Mixed Tide Prevailing Semi Diurnal. Meanwhile, the water level elevation has a Mean High Water Spring MHWS of cm SE± Mean High Water Level MHWL of cm SE ± Mean Sea Level MSL value was cm SE± Mean Low Water Level MLWL was cm SE± and Mean Low Water Spring MLWS was 133 cm SE± Tide prediction accuracy test results obtained RMSE value generated at These results indicate a small error rate, it can be used as a reference for development planning in the Eastern Bintan Island waters. Keywords Admiralty, Eastren Bintan Island, Tidal, Water level elevation ABSTRAK Penelitian ini bertujuan menganalisis karakteristik pasang surut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur mencakup nilai konstanta harmonik, elevasi muka air dan tipe pasang surut. Penelitian menggunakan data observasi pasang surut yang diperoleh dari Badan Informasi Geospasial BIG selama tahun 2015-2019. Nilai konstanta harmonik pasang surut dihitung menggunakan metode Admiralty, yakni merupa-kan salah satu dari metode harmonic yang perhitungannya melibatkan kedudukan permukaan air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Perhitungan Admiralty menggunakan bantuan skema dan Tabel yang dioperasionalkan dengan perangkat lunak Excel. Pengamatan lapang tinggi air dilakukan pada Bulan Agustus 2020 dengan instumen Tide master. Hasil analisis diperoleh 9 konstanta harmonik yang se-lanjutnya digunakan untuk menentukan bilangan Formzahl dan elevasi muka air. Selanjutnya hasil perhitungan konstanta harmonik dan elevasi muka air digunakan dalam peramalan pasang surut untuk 8 bulan kedepan menggunakan perangkat lunak Worldtides. Hasil penelitian menunjukan wilayah peraian Pulau Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda. Se-dangkan elevasi tinggi muka air memiliki rerata tinggi muka air pada saat pasang purnama MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil ini Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 59 menunjukan tingkat kesalahan yang kecil, dapat digunaan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kata kunci Admiralty, Elevasi muka air, Pasang surut, Pulau Bintan Bagian Timur PENDAHULUAN Pengetahuan terkait dinamika gerak muka air ini dapat memberikan gambaran umum tentang frekuensi terjadinya pasang atau surut yang ter-jadi pada satu atau dua kali dalam sehari, dan juga dapat memberikan gambaran umum untuk merencanakan aktifitas pada suatu lokasi di sekitar perairan Nurisman et al., 2012. Penge-tahuan pasang surut sangat penting dikaji guna untuk berbagai aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan keselamatan navigasi Sangkop et al., 2015; Irawan, 2016; Tanto et al., 2016 rencana pembangunan pelabuhan Irawan, 2017; Pratama et al., 2015; Fadilah et al., 2014, bidang pertahanan nasional Trismadi et al., 2016, pengembangan pariwisata bahari Ondara et al., 2017. Selain itu pengetahuan pasang surut juga akan mempengaruhi cara hidup, cara kerja dan bahkan budaya masyara-kat yang hidup di wilayah tersebut. Metode admiralty merupakan salah satu dari beberapa metode dalam nalisis pasang surut yang mampu menguraikan karakterisitk level muka air mencakup informasi konstanta har-monik pasang surut, elevasi muka air dan tipe pasang surut Hendri et al., 2019; Wicaksono et al., 2016; Supriyono et al., 2015; Korto et al., 2015 umumnya digunakan dalam perencanaan bangunan pantai maupun untuk berbagai aktivitas lainnya. Motode ini memiliki beberapa kelebihan diantaranya akurasi yang baik dan dapat menggunakan data pengama-tan pasut dalam deret waktu waktu pendek, menghasilkan sembilan komponen pasang surut. Metode admiralty juga memiliki kelebihan dalam hasil penentuan nilai bilangan Formzal lebih mendekati atau berkesesuaian dengan nilai referensi Sangkop et al., 2015; Hendri et al., 2012. Pulau Bintan bagian Timur merupakan salah satu destinasi wisata bahari utama di Provinsi Kepulauan Riau. Perairan pesisir Pulau Bintan telah sejak lama dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan ekonomi, seperti wisata bahari, jalur pelayaran, lokasi penangkapan ikan, budidaya dan daerah perlindungan laut Helfinalis et al., 2020. Meningkatnya kegiatan pembangunan di Pulau Bintan bagian timur sebagai wilayah potensial pertumbuhan ekonomi baru, telah meningkatkan aktivitas kegiatan pembangunan di wilayah pesisirnya, seperti pembangunan pelabuhan untuk transportasi antar pulau, pem-bangunan bangunan resort di tepi pantai hotel dan restoran, permukiman, dan aktifitas pem-bangunan fisik lainnya yang mendukung desti-nasi wisata bahari Irawan, 2013. Oleh karena itu, untuk mendukung pembangunan tersebut dibutuhkan suatu informasi karakteristik dan dinamika muka air laut, namun sampai saat ini informasi pasang surut di Pulau Bintan masih minim, sulit diakses oleh masyarakat, selain itu gerak muka air atau pasang surut di Perairan Pulau Bintan menarik untuk dikaji melihat letak geografis Pulau Bintan berdekatan dengan Selat Malaka dan Laut Cina Selatan. Dua sum-ber masuknya massa air ini tentu akan menjadi-kan karakteristik pasang surut yang unik di Perairan Pulau Bintan. Pentingnya pengetahuan mengenai karakteris-tik pasang surut, membuat penelitian ini ber-fokus pada pemahaman komponen harmonik pembangkit pasang surut, tipe pasang surut dan elevasi muka air di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Pemahaman karakteristik pasang surut penting dalam prediksi tinggi muka air secara akurat, guna merencanakan aktivitas navigasi pelayaran, hidrografi, perencanaan pembangunan dermaga dan pen-dukung data perjalanan ecotourism di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Desember 2020 berlokasi di Pulau Bintan Bagian Timur Gambar 1. Penelitian ini menggunakan data sekunder tinggi air yang be-rasal dari Badan Informasi Geospasial BIG dengan interval waktu pengamatan selama 1 satu jam mulai dari tahun 2015 sampai 2019. Sementara itu data primer berupa tinggi air pengamatan lapangan diukur dengan menggunakan instrumen tide master pada bu-lan Agustus 2020. Tide master tipe Valeport 52852 merupakan alat pengukur tinggi air port-able dengan longer unit, yakni mampu menyim-pan data panjang, terdiri dari tranduser dan panel display Gambar 2. Instrumen ini bekerja dengan prinsip pengukuran tekanan dalam air yang dikonversi menjadi tinggi air. Transducer di tempatkan pada dasar perairan yang selalu tergenang air walaupun pada saat surut terendah, kemudian data yang direkam diatur dalam interval 1 jam disimpan pada data logger. Sfesifikasi instrument disajikan pada Tabel 1. Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 60 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Gambar 2. Valeport Tide Master yang digunakan Tabel 1. Sfesifikasi Peralatan pengukur pasang surut Valeport Tide Master Pengukur regangan berventilasi, bahan stainless Standar 10 dBar 10 m, dengan panjang kabel 20m Held within logging unit. Housing 47mm x 110mm x 197mm Metode Admiralty Metode Admiralty merupakan salah satu dari metode harmonik, dimana dalam perhitungannya melibatkan kedudukan muka air laut rata-rata dan fungsi sinuoidal. Proses perhitungan dengan metode Admiralty dil-akukan secara sistematik dengan bantuan tabel dan skema Supriyadi et al., 2018. Dia-gram alir analisis data dengan tabel dan skema disajikan pada Gambar 3. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 61 Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Data menggunakan Tabel dan Skema Analisis data pasang surut dengan metode ad-miralty mempunyai tiga tahapan yaitu; Tahap pertama, kedua dan ketiga yang disusun mulai dari skema 1 sampai dengan skema 8 Su-priyadi et al., 2008; Adibrata, 2007. Tahap per-tama; yaitu dengan cara memisahkan kompo-nen – komponen utama pasang surut berdasar-kan hariannya. Tahap kedua; yaitu dengan cara memisahkan komponen – komponen utama pasang surut berdasarkan bulannya. Tahap ke-tiga; yaitu diperolehnya nilai ketinggian Mean Sea Level S0 serta nilai konstanta utama pasang surut seperti M2, S2, N2, K1, O1, M4, MS4, K2, dan P1. Proses perhitungan 9 kom-ponen pasut tersebut dilakukan untuk data 29 piantan/hari, mulai dari tanggal 1 Januari sam-pai 29 Januari 2015, selanjutnya dilakukan perhitungan yang sama untuk bulan Februari hingga Desember 2015. Begitu pula untuk data tahun 2016 hingga 2019 semua dilakukan pada 29 hari piantan sehingga didapat 12 kali ulangan untuk setiap tahunnya. Kemudian data hasil perhitungan komponen harmonik pasut dirata-ratakan untuk memperoleh komponen pasang surut tahunan. Analisis Elevasi Pasang Surut Parameter elevasi pasang surut penting yang diukur meliputi; MSL Mean Sea Level, MHWS Mean High Water Spring, MHWL Mean High Water Level , MLWL Mean Low Water Level dan MLWS Mean Low Water Spring. Dari pa-rameter datum di atas, MHWS dan MLWS merupakan parameter penting dalam menen-tukan perencanaan pembangunan suatu wila-yah perairan karena mengacu kepada keting-gian air tertinggi dan terendah di suatu pelabuhan Supriyadi et al., 2018. Elevasi pasang surut dapat ditentukan menggunakan komponen pasang surut melalui perhitungan rumus-rumus pada Tabel 2 mengacu pada Wuaten et al., 2018 dan Supriyadi et al., 2018. Tabel 2. Perhitungan Elevasi Pasang Surut Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 62 Analisis Tipe Pasang Surut Nilai komponen harmonik pasang surut kemudian digunakan untuk mendapatkan bilangan formzahl untuk menentukan tipe pasang surut dengan rumus Supriyadi et al., 𝐹 = 𝑂1+ 𝐾1𝑀2+𝑆2…………………………1 Dimana F merupakan Bilangan Formzahl, K1 adalah konstanta harmonik pasang surut diur-nal akibat gaya tarik matahari dan bulan, O1 adalah konstanta harmonik pasang surut diur-nal akibat gaya tarik bulan, M2 merupakan kon-stanta harmonik pasang surut semi diurnal aki-bat gaya tarik bulan dan S2 adalah konstanta harmonik pasang surut semi diurnal akibat gaya tarik matahari. Hasil perhitungan nilai bilangan Formzahl kemudian digunakan untuk menentukan jenis atau tipe pasang surut pada perairan Tabel 3 mengacu pada Supriyadi et al., 2018 degan kriteria sebagai berikut Tabel 3. Tipe Pasang Surut berdasarkan Bilangan Formzahl Pasang Surut Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Tunggal Pasang Surut Harian Tunggal HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Level Muka Air Laut Tinggi level muka air laut di perairan Bintan Ba-gian Timur menunjukkan bahwa pada tahun 2015 samapai 2019 mencapai 382 cm dan level muka air laut terendah sebesar 155 cm dengan tinggi level muka air rata – rata sebesar 268 cm. Fluktuasi level muka air laut terbesar terjadi pada tahun 2019, terutama disebabkan oleh pengaruh jarak bulan dengan bumi dan posisi bumi, bulan dan matahari yang saling sejajar. Kedua fenomena tersebut dapat menyebabkan terjadinya level air pasang yang tinggi dan level air surut yang rendah. Fluktuasi rinci level muka air laut disajikan pada Gambar 4. Komponen Harmonik Pasang Surut Berdasarkan data tinggi level muka air di Perairan Bintan Bagian Timur maka dihasilkan komponen harmonik pasang surut yang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Analisis Komponen Harmonik Pasang Surut untuk Bulan Desember Berdasarkan hasil perhitungan komponen harmonik pasang surut, dapat diketahui bahwa komponen dominan yang membangkitkan pasang surut di perairan Pulau Bintan Bagian Timur sangat dipengaruhi oleh komponen M2 yakni sebesar cm sedangkan komponen terendah terdapat pada komponen S2 komponen harian ganda akibat pengaruh matahari sebesar cm. Berdasarkan data level muka air nilai komponen pasang surut dominan dipengaruhi komponen M2 komponen harian ganda akibat pengaruh bulan, nilai komponen tersebut lebih dominan di banding komponen lainnya dimana kisarannya berkisar dari 112,10 – 114,79 cm. Sementara itu komponen pasang surut terendah terdapat pada komponen S2 komponen harian ganda akibat pengaruh matahari dengan kisaran 19,97 – 22,68 cm. Sedangkan untuk komponen MS4 komponen campuran akibat pengaruh matahari dan bulan memiliki nilai yang juga besar dengan nilai kisaran 96,89 – 117,33 cm, hal ini sebagai petunjuk bahwa perubahan faktor kontur kedalaman berpengruh terhadap kondisi pasang surut di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Hal ini diperkuat oleh pendapat Wijaya dan Yanuar 2019 menyatakan bahwa komponen M2 merupakan komponen harmonik pasang surut utama dari bulan dan komponen S2 merupakan komponen pasut utama dari matahari. Perbandingan dari keduanya memperlihatkan kekuatan pasang surut yang dibangkitkan oleh matahari dan bulan di suatu kawasan perairan. Pada komponen N2, O1 dan K1 merupakan komponen pembangkit pasang surut harian Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 63 tunggal nilainya cukup tinggi, dimana N2 sebesar 97,42 – 100,56 cm, O1 dengan nilai kisaran 66,31 – 74,81 cm, dan K1 sebesar 28,28 – 29,15 cm yang menunjukan bahwa pengaruh pembangkit pasang surut harian tunggal cukup berpengaruh. Menurut Ramp-engan 2013 besaran nilai amplitudo dari kom-poen pasang surut di suatu perairan merupa-kan pengaruh faktor dari tenaga pembangkit-nya, pergerakan pasang surut di suatu perairan dapat terjadi dalam bentuk penjalaran gelom-bang, hal ini dapat memberikan pengaruh pada besaran nilai amplitudo dari tiap komponen har-monik pasang surut sebagai akibat dari topo-grafi dasar perairan dan garis pantai dari suatu perairan. Kondisi perairan yang memiliki tipe pasang surut campuran condong harian ganda lebih di dominasi oleh satu atau dua siklus pasang surut dalam satu hari dengan keting-gian air pada saat pasang maupun surut ber-beda, namun dalam waktu tertentu terkadang terjadi satu siklus pasang surut. Faktor – faktor yang dapat mempengaruhi dinamika pasang surut mulai dari rotasi bumi, revolusi bulan ter-hadap matahari, revolusi bumi terhadap ma-tahari, topografi dasar laut, lebar dan bentuk selat atau teluk, kedalaman dan luas perairan Siswanto 2012; Rahmawati et al 2015. Gambar 4. Tinggi level muka air di Perairan Bintan Bagian Timur untuk bulan Desember tahun 2015-2019 Bilangan Formzahl dan Tipe Pasut Berdasarkan hasil perhitungan komponen har-monik pasang surut maka diperoleh nilai bilangan formzahl. Bilangan formzahl digunakan sebagai dasar untuk penentuan tipe pasang surut. Hasil perhitungan formzahl menunjukan bahwa Perairan Bintan Bagian Ti-mur memiliki tipe pasang surut campuran con-dong ke harian ganda Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal dimana pasang surut tipe ini merupakan pasang surut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda. Tipe pang surut campuran condong Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 64 ke harian ganda di perairan Pulau Bintan Ba-gian Timur ini disebabkan karena pengaruh massa air pasang surut dari Laut Cina Selatan dan Selat Malaka yang merambat masuk ke Selat Karimata melalui Perairan Pulau Bintan Bagian Timur. Kondisi batimetri di Pulau Binan yang relative dangkal diduga menyebabkan massa air pasang yang merambat masuk mengalami perubahan tipe pasang surut. Hasil dari perhitungan bilangan formzahl secara rinci disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil Perhitungan Bilangan Formzahl dan Tipe Pasut Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Pasang Surut Campuran Condong Harian Ganda Hasil perhitungan niilai bilangan formzahl tahun 2015 sampai 2019 berluktuasi dengan kisaran 0,66 – 0,77 dengan rata-rata nilai bilangan Formzahl sebesar 0,74 Stdev±0,03. Nilai Formzahl terbesar diperoleh pada tahun 2015 dan 2016 dengan nilai yang sama yakni sebe-sar 0,77. Sementara itu nilai bilangan formzahl terkecil dihasilkan pada tahun 2019 dengan nilai 0,66. Namun kisaran nilai tersebut masih berada dalam interval dengan tipe pasang surut campuran condong harian ganda yang di pengaruhi oleh gaya tarik bulan. Elevasi Muka Air Laut Hasil analisis kondisi elevasi muka air laut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur menunjukkan bahwa nilai elevasi muka air rel-ativ berfluktuasi dari tahun 2015 – 2019. MSL menunjukan nilai rata-rata muka air laut, dimana pada tahun 2015 sebesar 260 cm, tahun 2016 sebesar 264 cm, tahun 2017 sebesar 267 cm, tahun 2018 sebesar 278 cm dan pada tahun 2019 sebesar 272 cm Tabel 6. Nilai MHWS menunjukan rata-rata pasang tertinggi pada saat purnama dengan nilai sebesar 395 - 412 cm. MHWL merupakan rerata dari muka air tertinggi selama periode satu siklus pasang surut, nilai MHWL sebesar 372 - 392 cm. Nilai MLWL menunjukan rerata muka air terendah selama siklus pasang surut dengan nilai 148 - 164 cm. MLWS merupakan rata – rata air rendah pada saat pasang pur-nama, dengan elevasi sebesar 125 - 144 cm. Tinggi elevasi muka air secara rinci disajikan pada Gambar 5, dan fluktuasi elevasi tahunan disajkan pada Gambar 6. Tabel 6. Hasil Analisis rata-rata Elevasi Muka Air Tahun 2015 -2019 Rata-rata Standard Deviasi Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 65 Gambar 5. Grafik Elevasi Muka Air Laut pada Tahun 2015-2019 Sebelah kanan merupakan inset data untuk bulan Desember Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 66 Berdasarkan hasil perhitungan deret waktu dari elevasi muka air di Pulau Bintan Bagian Timur diperoleh rata-rata MHWS sebesar 403,2 SE±3,2 cm, rata-rata MHWL sebesar 381,6 SE±3,47 cm, rata-rata nilai MSL 268,2 SE±3,1 cm, rata-rata MLWL 154,6 SE±2,77 cm dan rata-rata MLWS sebesar 133 SE±3,1 cm. Informasi elevasi muka air laut diperlukan dalam perencanaan pengembangan daerah pantai dan laut. Pembangunan kontruksi pada derah pantai di Pulau Bintan seperti dermaga, jetty dan resort di pinggir pantai maupun keram-bah jaring tancap kelong sangat memerlukan informasi dari elevasi muka air. Menurut Wicaksono et al., 2016 dan Fadilah et al., 2014 data elevasi muka air laut dari pasang surut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan ilmiah seperti konstruksi bangunan di perairan, untuk itu diperlukan data pasang surut berupa elevasi muka air laut yang terdiri dari Mean Sea Level MSL, Mean High Water Level MHWL dan Mean Low Water Level MLWL dalam perencanaan, pengel-olaan dan pengembangannya. Nilai MHWL sendiri di perlukan untuk perencanaan bangunan pantai, sedangkan nilai MLWL di perlukan untuk perencanaan pembangunan pelabuhan seperti kedalaman kolam pelabuhan, dan kedalaman alur pelayaran yang di perhitungkan terhadap keadaan muka air ter-endah, draft kapal, serta kelonggaran bawah. Elevasi lantai dermaga, elevasi puncak pemecah gelombang diperhitungkan pada saat keadaan muka air tinggi tertinggi, dan disamping faktor – faktor lain seperti kenaikan ai. Menurut Hamzah et al., 2017 pengaruh as-tronomis yang dapat mempengaruhi pasang surut ialah fase umur bulan, dan jarak benda langit terhadap bumi. Jarak benda langit ter-hadap bumi tentu sangat mempengaruhi pasang surut, dimana semakin dekat jarak benda langit dengan bumi, maka semakin be-sar pengaruh yang ditimbulkan begitu juga dengan sebaliknya semakin jauh jarak benda langit dengan bumi, maka semakin kecil pengaruh yang ditimbulkan. Secara teoritis, Panjang data yang dibutuhkan untuk menghi-tung nilai elevasi yang lebih valid ialah 18,6 ta-hun yang merupakan periode ulang pasang surut, dimana sangat berkaitan dengan pergeseran titik tanjak orbit bulan dan untuk memastikan bahwa pada saat astronomis ter-endah selang waktu 18,6 tahun berada dalam satu periode gelombang. Gambar 6. Fluktuasi Elevasi Muka Air Laut salama Tahun 2015-2019 Hasil Pengamatan Lapangan Berdasarkan hasil pengamatan lapangan selama 5 hari pada tanggal 13 sampai 18 agustus 2020 di Perairan Bintan Bagian Timur, dihasilkan tinggi level muka air laut tertinggi sebesar 303 cm dan level muka air laut teren-dah mencapai 148 cm dengan elevasi muka air laut rata - rata sebesar 252 cm. Hasil pengama-tan lapangan level mukai air pasang surut disajikan lebih rinci pada Gambar 7. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 67 Gambar 7. Level Muka Air Data Pengamatan Lapangan 2020 Berdasarkan hasil perhitungan bilangan formzahl dengan nilai sebesar 0,57 dapat diketahui tipe pasang surut pada perairan Pu-lau Bintan Bagian Timur adalah pasang surut campuran condong ke harian ganda Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal. Hal ini berkesesuaian dengan hasil perhitungan yang telah dilakukan menggunakan data BIG selama periode tahun 2015-2019. Bilangan Formzahl hasil pengamatan lapangan lebih kecil bila dibandingkan dengan perhitungan data pasang surut yang bersumber dari BIG dengan kisaran 0,66 - 0,77. Perbedaan nilai bilangan Formzahl hasil pengamatan lapangan lebih disebabkan oleh waktu pengukuran yang relative pendek, yakni selama 5 piantan, namun secara umum nilai tersebut masih berada dalam inter-val untuk kriteria jenis pasut yang sama. Hasil jenis tipe pasut di Perairan Bintan juga telah dilaporkan oleh Irawan 2017, yang mengambil lokasi pengamatan di Teluk Sasah bagain barat laut Pulau Bintan dengan hasil bilangan Formzhal sebesar 1,34 dan tipe pasut campuran condong ke harian ganda. Selanjutnya Simanjuntak et al 2016 juga telah melakukan penelitian di perairan Malang Rapat, Kabupaten Bintan dengan hasil pasut bertipe campuran condong ke harian ganda dengan nilai Formzahl sangat mendekati dengan hasil penelitian ini. Uji Akurasi Prediksi Pasang Surut Hasil analisis komponen harmoniik pasang surut yang telah diperoleh dari data BIG tahun 2019 kemudian dilakukan uji akurasi prediksi dengan menggunakan perangkat lunak World Tides yang di jalankan di perangkat lunak Matlab R2012B. Peramalan pasang surut dil-akukan selama 8 bulan kedepan dimulai dari bulan Januari sampai Agustus 2020. Plotting antara data pengamatan lapangan dan data peramalan akan menghasilkan nilai residual yang digunakan dalam menghitung nilai Root Mean Square Error RMSE. Grafik hasil uji akurasi menggunakan perangkat lunak World Tides dapat dilihat dalam Gambar 8. Gambar 8. Prediksi Level Muka Air garis merah merupakan level air data pengamatan, garis biru level air yang dibangkitkan oleh pengaruh astronomis, garis hijau merupakan nilai residual dari per-bandingan level air hasil pengamatan dan pengaruh astronomis Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 68 Nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Nilai RMSE dihitung sebagai perbedaan kuad-rat terkecil antara data hasil lapangan dengan data peramalan tinggi level muka air. Perbe-daan besaran nilai tersebut ditunjukan sebagai informasi residual. Semakin besar nilai residual maka semakin besar niilai RMSE yang dihasilkan demikian pula sebaliknya. Berdasar-kan hasil ini menunjukan nilai RMSE yang dihasilkan kecil sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian Timur. KESIMPULAN DAN SARAN Perairan Bintan Bagian Timur memiliki tipe pasang surut yang diklasifikasikan sebagai pasang surut campuran condong harian ganda dengan rata-rata nilai bilangan Formzahl sebesar 0,74 Stdev±0,03. Pembangkit utama pasang surut di perairan ini didominasi oleh oleh 3 faktor utama yakni gaya tarik bulan M2, pengaruh campuran dari matahari dan bulan MS4 dan selanjutnya pengaruh komponen harian tunggal N2. Nilai elevasi muka air laut di Perairan Pulau Bintan Bagian Timur relatif berfluktuasi dari tahun 2015 – 2019 dengan nilai rata-rata MSL sebesar 268,2 cm, nilai rata-rata MHWS pasang tertinggi pada saat purnama sebesar 403,2 cm, MHWL rerata muka air tertinggi selama periode satu siklus pasang surut sebesar 381,6 cm, nilai MLWL rerata muka air terendah selama siklus pasang surut 154,6 cm dan MLWS rata-rata air rendah pada saat pasang purnama sebesar 133 cm. Hasil uji akurasi prediksi pasang surut diperoleh nilai RMSE yang dihasilkan sebesar 0,098. Hasil nilai RMSE ini menunjukan tingkat kesala-han yang kecil sehingga dapat dijadikan sebagai bahan referensi untuk perencanaan pembangunan di perairan Pulau Bintan Bagian TImur. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan Terima Kasih disampikan kepada Ba-dan Informasi Geospasial yang telah menye-diakan data terbuka yang dapat diakses melalui website, BMKG Tanjungpinang yang telah membantu dalam bimbingan teknis operasional metode Admiralty, Laboratorium Oceanografi dan Telematika yang telah menyediakan fasili-tas peralatan observasi lapangan. Tim lapan-gan Sdr. Mulyadi yang telah membantu selama akuisisi data pasang surut dan Anonimous Re-viewer yang telah telah memberikan masukan untuk kesempurnaan isi naskah ini. DAFTAR PUSTAKA Adibrata, S. 2007. Analisis Pasang Surut Di Pulau Karampuang Provinsi Sulawesi Barat Tide Analysis In Karampuang Island Of West Sulawesi Province. Jurnal Sumberdaya Perairan, 1, 1–6 [BIG] Badan Informasi Geospasial. Prediksi Pasang Surut. Tersedia pada Fadilah, F., Suripin, S., & Sasongko, D. P. 2014. Menentukan tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiralty. Maspari journal, 61, 1-12. Helfinalis, Witasari, Y., & Prasetyo, S. 2020. Adaptasi Masyarakat Nelayan terhadap kerentanan fisik Peisir PulauBintan. JFMR Journal of Fisheries and Marine Research, 43, 428-435. Hendri, A., Fauzi, M., Ahmad, R., Ongko, A., & Almanna, F. 2019. The simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai’s harbour. In MATEC Web of Conferences Vol. 276, p. 04020. EDP Sciences. Hendri, A., Fauzi, M., Safitri, W. 2012. Kajian Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode Admiralty. Jurnal Sains dan Teknologi. 111, 34-39. Irawan, S. 2017. Kondisi hidro-oseanografi perairan Pulau Bintan studi kasus perairan Teluk Sasah. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 101, 41-53. Irawan, S. 2016. Pemetaan Pasang Surut dan Arus Laut Pulau Batam dan Pengaruhnya Terhadap Jalur Transportasi Antarpulau. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 91, 32-42. Irawan, A. B. 2013. Valuasi Daya Dukung Fungsi Lindung di Pulau Bintan Propinsi Kepulauan Riau. Jurnal Sains & Teknologi Lingkungan, 51, 48-65. Korto, J., Jasin, Mamoto, 2015. Analisis Pasang Surut di Pantai Nuangan Desa Iyok Botim dengan Khairunnisa et al., Karakteristik Pasang Surut di Perairan 69 Metode Admiralty. Jurnal Sipil Statik, 36, 391-402. Jurnal Kelautan, 141, 58-69 2021 70 Nurisman, N., Fauziyah., Surbakti, H. 2012. Karakteristik Pasang Surut di Alur Pelayaran Sungai Musi Menggunakan Metode Admiralty. Maspari Journal, 41, 110-115. Ondara, K., Rahmawan, G. A., & Wisha, U. J. 2017. Karakteristik hidrodinamika di perairan Teluk Ambon untuk mendukung wisata selam. Jurnal Kelautan Indonesian Journal of Marine Science and Technology, 101, 67-77. Pratama, A. D., Indrayanti, E., & Handoyo, G. 2015. Peramalan pasang surut di perairan pelabuhan kuala stabas, krui, lampung barat. Journal of Oceanography, 42, 508-515. Rahmawati, W., Handoyo, G., Rochaddi, B. 2015. Kajian Elevasi Muka Air Laut di Pantai Kartini Jepara. Jurnal Oseanografi, 42, 487-491. Rampengan, 2013. Amplitudo Konstanta Pasang Surut M2, S2, K1 dan O1 di Perairan Sekitar Kota Bitung Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah Platax, 13, 118-124. Sangkop, N., Mamoto, Jasin, 2015. Analisis Pasang Surut di Pantai Bulo Desa Rerer Kecamatan Kombi Kabupaten Minahasa dengan Metode Admiralty. Tekno, 1363, 60-69. Simanjuntak, D., Putra, R. D., UMRAH, F., & Pratomo, Pmetaan Lama Ketergenangan Zona Intertidal di Pantai Timur Bintan Desa Malang Rapat. Repository Jurnal umrah. Siswanto, 2012. Studi Karakteristik Pasang Surut di Perairan Selat Madura Pasca Jembatan Suramadu. Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi. Supriyadi, E., Siswanto., Pranowo, 2018. Analisis Pasang Surut di Perairan Pameungpeuk, Belitung, dan Sarmi Berdasarkan Metode Admiralty. Metereologi dan Geofisika, 91, 29-38. Supriyono., S. Pranowo, Widodo., Rawi, Sofyan., Herunadi, B. 2015. Analisa dan Perhitungan Prediksi Pasang Surut Menggunakan Metode Admiralty dan Metode Least Square Studi Kasus Perairan Tarakan dan Balik Papan. Jurnal Chart Datum, 11, 35-39. Trismadi, T., Lesmana, N. B., & Prahasta, E. 2016. Visualisasi dan Analisis Peta Laut Militer untuk Pengembangan Strategi Pertahanan di Laut Studi Kasus Perairan Pulau Baai Bengkulu. Jurnal Chart Datum, 21, 47-56. Wicaksono, Handoyo, G., Atmodjo, W. 2016. Analisis Peramalan Pasang Surut dengan Menggunakan Metode Admiralty dan Autoagressive Intergrated Moving Average ARIMA di Perairan Pantai Widuri Kabupaten Pemalang. Jurnal Oseanografi, 54, 489-495. Wuaten, J., Tatontos, Kumaseh, 2018. Analisis Kondisi Hidro Oseanografidi Perairan Teluk Tahuna Kabupaten Kepulauan Sangihe. Jurnal Ilmiah Tindalung, 42, 50 – 52. Wijaya dan Yanuar. 2019. Karateristik dan Peramalan Pasang Surut di Perairan Pagar Jaya, Lampung. Proceeding Simposium Nasional Kelautan dan Perikanan, 6. ... Kajian perhitungan dan analisis pasut dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya menggunakan metode Admiralty Eko Supriyadi et al., 2018;Khairunnisa et al., 2021 dan Least Square Soares et al., 2019;Supriyono et al., 2015. Kajian mengenai perhitungan kedua metode ini telah dilaporkan untuk penentuan tipe pasut dan pendugaan nilai konstanta harmonik Ulum & Khomsin, 2013. ...... Perhitungan komponen pasut dapat ditentukan dengan menggunakan metode Admiralty, proses perhitungan parameter pasut mencari amplitudo A dan fase gᵒ dipecahkan secara bertahap dengan tabel-tabel dan skema Supriyono et al., 2015;Surbakti, 2012 Khairunnisa et al., 2021. Penyususan tabel dan skema dilakukan pada perangkat lunak Microsoft excel. ...The Bintan Strait is an area where some of the community's activities are influenced by tidal phenomena, such as; sea transportation for shipping, crossing, and traditional fishing. This study aims to analyze the characteristics of the tide include; sea level elevation, harmonic constant value, tidal type and tidal forecast for the next year. The calculation of the harmonic constants is carried out using the Admiralty and Least Square methods. This research has been carried out from March to July 2021. Primary data collection of high water level is carried out with the Tide Master instrument for 7 days. In addition to primary data, secondary data used for 22 days of high water levels from BIG Geospatial Information Agency. The Admitralty and Least Square methods are operated using Microsoft Excel software, while for tidal forecasting analysis using MIKE21 and World Tides software. The results show that the Formzahl Admiralty and Least Square numbers are and respectively, with the types of tides being mixed tide prevailing semidiurnal. The MSL values for each method of Admiralty and Least Square obtained values of cm and cm, MHWL = and LLWL = and MHWS = and 215, 52, MLWS= and MLWL= and The results of the forecasting test for the next 3, 6 and 12 months using the Admiralty method produced the smallest RMSE of Admiralty, Least Square, Tides, Bintan straitABSTRAKSelat Bintan merupakan sebuah daerah dimana sebagian aktivitas masyarakatnya dipengaruhi fenomena pasang surut, seperti; transportasi laut untuk keperluan pelayaran, penyeberangan, maupun penangkapan ikan tradisional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik pasut meliputi; elevasi muka air laut, nilai konstanta harmonic, tipe pasut dan peramalan pasang surut untuk satu tahun kedepan. Perhitungan konstanta harmonik dilakukan dengan metode Admiralty dan Least Square. Penelitian ini telah dilakasanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2021. Pengumpulan data primer tinggi level muka air dilakukan dengan istrumen Tide Master selama 7 hari. Selain data primer digunakan data sekunder tinggi level air selama 22 hari berasal dari BIG Badan Informasi Geospasial. Metode Admitralty dan Least Square dioperasionalkan menggunakan perangkat lunak Microsoft Excel, sedangkan untuk analisis peramalan pasut menggunakan perangkat lunak MIKE21 dan World Tides. Hasil penelitian menunjukkan bilangan Formzahl Admiralty dan Least Square masing-masing sebesar dan dengan tipe pasang surut keduanya adalah campuran condong keharian ganda mixed tide prevailing semidiurnal. Nilai MSL untuk masing-masing metode Admiralty dan Least Square diperoleh nilai sebesar cm dan 118,37 cm, MHWL= 233,47 dan 268,31, LLWL= 43,11 dan 254,56, MHWS= 230,22 dan 215,52, MLWS= 78,01 dan 21,22, MLWL= 74,75 dan -31,57. Hasil uji peramalan pada waktu 3, 6 dan 12 bulan kedepan pada metode Admiralty menghasilkan RMSE terkecil sebesar 0,664. Kata kunci Admiralty, Least Square, Pasang surut, Selat Bintan... Sedangkan untuk pengambilan sampel sampah laut di perairan menggunakan Manta Net. Pengukuran pasang surut dilakukan dengan menggunakan tide master Khairunnisa et al., 2021. Pengukuran pasang surut dimulai dengan memasang sensor tide master pada tiang penyangga. ...... Tidal measurement using a tide master [11]. Tidal measurements begin by installing the tide master sensor on the supporting pole. ... Mario Putra SuhanaSepthi Dwi NursyahnitaFadhliyah IdrisThis study aims to study the pattern of sea surface currents at the research site using a hydrodynamic modelling approach. Hydrodynamic models are approaches used to study large-scale and long-term patterns of sea surface currents past, present, and future projections. Study on the sea surface currents at the research site was conducted by constructing the 2D hydrodynamics model which was simulated for 30 days to describe the pattern of sea surface current at the research site. Finite differences methods were used in solving the equation of the 2D hydrodynamic model. Validation result showed that the model has a good performance and it was relevance to in-situ measurement. The simulation results showed a significant difference in current velocity during high and low tides. Current velocity is higher at high tide m/s than at low tide m/s. At high tide, current direction is dominant towards the southeast and southwest. At low tide, current direction is dominant to the north and northwest. The sea surface currents at the research site are strongly influenced by tidal conditions. At high tide, sea surface current will move towards the coast and at low tide the sea surface current will move away from the merupakan daerah percampuran antara massa air tawar dan air laut yang menyebabkan zat-zat di dasar perairan naik ke permukaan sehingga konsentrasi unsur hara menjadi tinggi. Penelitian mengenai pertemuan massa air estuari masih perlu dilakukan terutama terkait turbidity front estuary karena untuk mengetahui kemampuan citra Setinel-2 dalam mendeteksi turbidity front. Selama ini penelitian ini terbatas dari data in situ, oleh karena itu teknologi penginderaan jauh coba diterapkan untuk mendeteksi turbidity front estuary. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan algoritma TSS lokal dan mendeteksi turbidity front berdasarkan citra satelit Sentinel-2. Metode penelitian ini menggunakan citra Sentinel-2 untuk mengetahui batas turbidity front berdasarkan TSS yang dibandingan dengan data in situ salinitas dan TSS sebagai validasi data. Hasil penelitian ini diketahui algoritma empiris yang diperoleh dari band ratio merah/biru+hijau+merah pada Sentinel-2 memiliki hasil yang terbaik dengan koefisien korelasi r = 0,86. Hasil citra satelit menunjukkan bahwa turbidity front estuary terjadi pada jarak 1,6 – 2,8 km, sedangkan pada data in situ terjadi pada jarak 2 – 4 km di muara Bengawan Solo. Terdapat perbedaan nilai TSS sebesar 1,9182 mg/L antara data in situ dengan citra satelit di daerah turbidity front estuary. Kondisi musim, curah hujan dan pasang surut memengaruhi konsentrasi dan jarak turbidity front dari muara Ainur RosidaMoh Syaeful AnwarOktria Muhammad Sholeh Luhur Moekti PrayogoPasang surut merupakan fenomena naik turunnya muka air laut secara periodik akibat gaya tarik antar benda langit yaitu bumi, bulan dan matahari. Pengetahuan mengenai pasang surut penting dilakukan karena setiap wilayah memiliki karakteristik masing-masing dan berpengaruh terhadap aktivitas masyarakat wilayah pesisir seperti pelayaran, tambak garam dan penangkapan ikan. Kabupaten Tuban merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur dimana lima wilayahnya yang berbatasan langsung dengan laut Jawa, yaitu kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang. Kelima kecamatan tersebut merupakan tepat aktivitas yang berkaitan dengan pelayaran dan navigasi serta pelabuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasang surut air laut di perairan Tuban, Jawa Timur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Least Square atau Kuadrat Terkecil. Data pasang surut yang digunakan yaitu data pada bulan Januari 2021 yang mewakili data musim penghujan angin muson barat dan data bulan Agustus 2021 yang mewakili data musim kemarau angin muson timur yang bersumber dari Badan Informasi Geospasial BIG dengan interval satu jam. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa tipe pasang surut wilayah perairan Tuban yaitu Diurnal atau Harian Tunggal dengan bilangan Formzahl sebesar dan Pada musim barat, pasang tertinggi terjadi pada awal dan pertengahan bulan. Sedangkan surut terendah terjadi di sekitar tanggal 7-9 dan 21-25 Januari 2021. Sedangkan pada musim timur, pasang tertinggi terjadi pada 7-13 dan 19-25 Agustus 2021 dan surut terendah terjadi pada 15-17 Agustus 2021. Komponen harmonik cenderung lebih besar pada komponen pembentuk pasang surut Diurnal yaitu K1, O1, dan Widodo S. PranowoSofyan RawiBambang HerunadiPengamatan pasut dilakukan untuk menentukan nilai komponen pasut yang nantinya dapat digunakan untuk keperluan kerekayasaan dan pemetaaan. Metode least squares dapat digunakan untuk menentukan komponen-komponen pasut selain metode Admiralty. Metode penentuan komponen pasut dan prediksinya yang umum menggunakan beberapa metode, yaitu metode Admiralty, metode semi grafik, metode least squares dan lainnya. Metode yang umum digunakan adalah metode Admiralty, sedangkan metode lain jarang digunakan. Dengan berkembangnya teknologi komputer, maka berkembang pula metode alternatif lain. Salah satunya adalah metode least squares yang menggunakan bahasa program Matlab untuk eksekusinya. Perhitungan menggunakan metode least squaresmenghasilkan nilai komponen amplitude yang mendekati nilai komponen hasil perhitungan metode Admiralty tetapi berbeda pada nilai fase. Metode least squares memberikan akurasi yang cukup baik pada hasil prediksi dan dengan komponen yang lebih banyak. Sudirman AdibrataTide phenomenon is one of oceanography parameter that important to capture fisheries or marine culture. This research has been work contains 15 piantan high of sea level from tide harmonics constanta, such as type of tide, mean sea level, chart datum, and tidal range. Type of tide is mixing semidiurnal, MSL is 73,36 cm, Chart Datum-104,29 cm from MSL, and tidal range 48,14 cm. Sudra IrawanPada perairan Teluk Sasah, Kecamatan Seri Kuala Lobam, Kabupaten Bintan rencananya akan dibangun pelabuhan oleh pemerintah, termasuk pengembangan sektor kepariwisataan. Dalam perencanaan pembangunan tersebut membutuhkan kajian tentang kondisi topografi pesisir disekitar lokasi, tinggi gelombang, pasang surut, pola arus, dan batimetri kedalaman. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh topografi pesisir wilayah Teluk Sasah relatif datar dengan ketinggian rata-rata 4-5 meter diatas permukaan laut. Pada peta topografi terebut terlihat terdapat detil-detil yang diambil seperi ada tumbukan pasir memiliki dengan ketinggian 6 sampai 7 meter diatas pemukaan laut. Ada juga detil topografi berupa rawa yang memiliki ketinggian 3 sampai 4 meter dari permukaan laut. Gelombang tinggi terjadi pada bulan Nopember sampai Januari sekitar 1,9 meter dan gelombang rendah sekitar bulan Mei sampai Agustus sekitar 1,6 meter. Gelombang tertinggi terjadi pada bulan Desember mencapai 3,3 meter. Pasang surut perairan di lokasi kegiatan yaitu mixed tide prevailing semidiurnal. Arus laut umumnya dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Arus laut arus bergerak dari barat laut menuju ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,02 m/s sampai 0,32 m/s atau 2 cm/s sampai 32 cm/s. Kedalaman bervariasi dari 2 meter sampai 19 meter dengan ketinggian air pada saat pemeruman sekitar 2,9 meter dari pengamatan pasang surut. Bentuk dasar laut, semakin jauh dari garis pantai maka akan semakin dalam hingga mencapai kedalaman 19 meter, dilihat dari garis kontur batimetri perubahan kedalaman cukup Kunci Pulau Bintan, topografi, gelombang, pasang surut, pola arus, CONDITION OF BINTAN ISLAND WATERS CASE STUDY OF SASAH STRAIT WATERSIn the planning of port development requires the study of hydro-oceanographic conditions such as wave, tidal, current patterns, bathymetry and topography. Based on the results obtained by coastal topography is relatively flat Sasah Gulf region with an average height of 4-5 meters above sea level. Terebut visible on topographic maps are details that are taken are like no sandbank has a height of 6 to 7 meters above sea level. Terrain beaches also swamp which has a height of 3 to 4 meters above sea level. High waves occur from November to January was meters high and low wave around May to August of about meters. The highest wave occurred in December reached meters. Character tide of the study sites prevailing type of mixed semidiurnal tide. Ocean currents are generally influenced by the tide. Ocean currents flow moving from the northwest toward the southeast at a speed of about m / s to m / s or 2 cm / s to 32 cm / s. Varies in depth from 2 meters to 19 meters with a height of water at pemeruman approximately meters of tide observations. The basic shape of the ocean, the farther away from the coastline it will be deepened until it reaches a depth of 19 meters, seen from bathymetric contour line depth changes significantly. Keyword Bintan Island, topography, wave, tidal, current patterns, Ambon terbagi oleh dua ambang yaitu Teluk Ambon Dalam dan Teluk Ambon Luar. Teluk Ambon kaya akan potensi baharinya baik dari keunikan ikan, terumbu karang maupun benda-benda seperti kapal tenggelam yang bisa dikembangkan potensinya sebagai wisata bahari. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik gelombang dan pasang surut yang ada di perairan Teluk Ambon dengan menggunakan simulasi numerik. Metode yang digunakan adalah metode purposive kuantitatif, data primer terdiri dari batimetri, pasang surut dan angin, sedangkan data sekunder terdiri dari data peramalan pasang surut menggunakan MIKE 21, Flow Model FM Hydrodynamic Module digunakan untuk mensimulasikan pola pasang surut dan arus yang kemudian dijadikan sebagai input dalam modul spectral wave MIKE 21. Dari data pengolahan pasut didapatkan tipe pasut Teluk Ambon adalah condong harian ganda dengan nilai F= Mean Sea Level sebesar cm, Zo cm dan nilai Chart Datum cm. Kecepatan arus rata-rata m/s sedangkan tinggi gelombang signifikan m. Kondisi hidrodinamika Teluk Ambon sangat mendukung dalam kegiatan wisata bahari minat khusus salah satunya adalah Kata KunciHydrodinamika, Gelombang, Arus, Pasang SurutHYDRODYNAMIC CHARACTERISTICS IN AMBON BAY WATERS TO SUPPORT MARINE DIVING TOURISM Ambon Bay is divided by two thresholds, namely Teluk Ambon Dalam and Teluk Ambon Luar. Ambon bay is rich in marine potential both the unique of fisheries and coral reefs as well as the objects such as shipwreck that could be developed as a maritime tourism potential. The aim of this study is to investigate the characteristics of waves and tides in the waters of Ambon Bay inner and outer of Ambon Bay by using numerical simulation. The method is using purposive quantitative, the primary data are consisted of Bathymetry, Tide, and wind, while the secondary data is consisted of tide forecasting by MIKE 21, Flow Model FM Hydrodynamic Module is used to simulate tidal and current patterns that are used as input in the wave spectral module MIKE 21. From the data obtained, the tidal type of Ambon Bay waters is mixed tide prevailing semidiurnal based on Formzahl value 0. 0602 which obtained from the diurnal and semidiurnal major tide component calculation, Mean Sea Level is cm, Zo is cm and the value of Chart Datum is cm. Current speed ranged from 0009-1463 m/s while the significant wave height ranged from m. Ambon Bay hydrodynamic conditions are calm and not too volatile, fortunately supportive in marine tourism activities of site. Keywords Currents, Hydrodynamics, SS. Aquila, Tides Agus IrawanPulau Bintan merupakan salah satu pulau terbesar di Propinsi Kepulauan Riau. Pulau Bintan mempunyai potensi sumber daya alam yang besar dan lokasi sangat strategis terletak di Semenanjung Selatan Malaysia dan menjadi pintu gerbang Selat Malaka. Keunggulan Pulau Bintan ini memicu eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dan pembangunan wilayah yang tidak mengindahkan kelestarian lingkungan. Penelitian ini bertujuan mengevaluasi daya dukung fungsi lindung secara regional maupun sektoral. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan melakukan survey lapangan dan institusional serta studi literatur. Hasil penelitian menunjukkan daya dukung fungsi lindung tingkat regional Pulau Bintan berada dalam kondisi sedang. Sebaran daya dukung fungsi lindung di pulau ini tidak merata. Kota Tanjungpinang sudah dalam kondisi rusak, sedangkan Kabupaten Bintan masih dalam kondisi baik. Hasil analisis daya dukung tingkat sektoral beberapa kawasan hutan lindung, hutan mangrove dan terumbu karang sudak mulai rusak. Kerusakan ini disebabkan oleh illegal logging, penambangan bauksit, sedimentasi dan pemanfaatan lahan untuk perkebunan sawit, kebun karet rakyat, permukiman dan pariwisata. Kata Kunci daya dukung, kawasan lindung, sumber daya alam, illegal logging. Sudra IrawanTIDAL AND CURRENT MAPPING OF BATAM ISLAND AND THEIR EFFECT ON THE INTER-ISLAND TRANSPORTATION The strategic geographical position of Batam Island makes sea transportation become a basic means connecting the islands of the Riau Islands, Riau, Kalimantan, even with neighboring Singapore and Malaysia. The development of coastal areas and the determination of the transportation ways needs tidal and ocean currents data. This study measures and analyzes the tidal type usingmeasuring signs and current patterns using Lagrangian method, then presented in the web form. Five research sites were selected by purposive sampling method with a measurement time of 24 hours in one hour intervals. The results showed that the type of tidal in Batam Island in general is semidiurnal tide. Tidal period an average of 12 hours and 24 minutes. Wave height of about to meters from the south to the northwest. Batam Island ocean current patterns ranging from m/s to m/s from north towards the northeast. Tidal and current survey is one of the conditions in developing inter-island transportation. The tidal and current is useful in design port building, determining the route of transport, port basin design and planning of the breakwater. Keywords current patterns, lagrangian, signs measure, tidal, transport route. ABSTRAK Posisi geografis Pulau Batam yang strategis membuat jalur transportasi laut merupakan sarana dasar menghubungkan antarpulau di Kepulauan Riau, Riau, Kalimantan, bahkan dengan negara tetangga Singapura dan Malaysia. Pengembangan wilayah pesisir dan penentuan jalur transportasi membutuhkan data pasang surut dan arus laut. Penelitian ini mengukur dan menganalisis tipe pasang surut dengan rambu ukur dan pola arus dengan metode metode Lagrangian, kemudian disajikan dalam bentuk web. Dipilih lima lokasi penelitian berdasarkan metode Purposive Sampling dengan waktu pengukuran 24 jam dalam interval satu jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tipe pasang surut pulau Batam secara umum adalah pasang surut harian ganda semidiurnal tide. Periode pasang surut rata-rata 12 jam 24 menit. Tinggi gelombang sekitar 0,2 sampai 2,77 meter dari arah selatan ke arah barat laut. Pola arus laut pulau Batam berkisar antara 0,02 m/s sampai 0,1 m/s dari arah utara ke arah timur laut. Survei pasang surut dan arus laut merupakan salah satu syarat dalam mengembangkan transportasi antarpulau. Pasang surut dan arus berguna dalam kegiatan perancangan bangunan pelabuhan, penentuan rute transportasi, perancangan kolam pelabuhan, dan perencanaan pemecah gelombang. Kata kunci jalur transportasi, lagrangian, pasang surut, pola arus, rambu tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiraltyF FadilahS SuripinD P SasongkoFadilah, F., Suripin, S., & Sasongko, D. P. 2014. Menentukan tipe pasang surut dan muka air rencana perairan laut Kabupaten Bengkulu Tengah menggunakan metode admiralty. Maspari journal, 61, simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai's harbourA HendriM FauziR AhmadA OngkoF AlmannaHendri, A., Fauzi, M., Ahmad, R., Ongko, A., & Almanna, F. 2019. The simulation of the observation data in predicting tidal patterns using the Admiralty method in Dumai's harbour. In MATEC Web of Conferences Vol. 276, p. 04020. EDP Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode AdmiraltyA HendriM FauziW SafitriHendri, A., Fauzi, M., Safitri, W. 2012. Kajian Pengaruh Awal Data Pasang Surut Terhadap Nilai Komponen Pasang Surut Metode Admiralty. Jurnal Sains dan Teknologi. 111, 34-39.
Pusatpemerintahan Kecamatan Pusat Pertanian pasang surut Pusat Permukiman Perkotaan skala kecamatan Perikanan tambak Dalam Peta Rencana Lokasi Pelabuhan laut Tanjung Carat telah disiapkan beberapa pembangunan, antara lain : Kabupaten Banyuasin dengan lingkup pelayanan Pangkalan Balai, Sembawa, Betung, Air Batu, Sungai Pinang, SrimulyoDilansirdari Encyclopedia Britannica, pasang surut air laut dipengaruhi oleh gravitasi bulan. Kemudian, saya sangat menyarankan anda untuk membaca pertanyaan selanjutnya yaitu Lama waktu bulan mengelilingi bumi rata-rata? beserta jawaban penjelasan dan pembahasan lengkap.
ISSN2460-4542 Analisis Kecepatan Angin pada Pasang Surut Air Laut dengan Menggunakan Algoritma Forward-Backward dalam Hidden Markov Model di Wilayah Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya . 1 2 3 1,2. D. C. R. Novitasari , F. Febrianti , F. Setiawan Program Studi Matematika, Fakultas Sains dan Teknologi, UIN Sunan Ampel, 3 Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya.
Pasangsurut air laut adalah kondisi naik turun nya permukaan air laut secara berkala.kondisi tersebut disebabkan oleh gaya gravitasi dari benda langi u201cNamun keadaan kembali pulih sebaik air pasang beransur surut kira-kira sejam selepas itu,\u201d katanya.\/p> Mohd Khairuddin yang juga Pegawai Daerah Sabak Bernam berkata, Pelabuhan Klang mencatatkan ketinggian paras air laut 5.6 meter jam 6.31 pagi, semalam.\/p>\n. oqg8b.